By: Lusiana Arum N
Sosok
Ibu
Butiran senyum memancar indah di raut
wajahnya. Wajah yang penuh cinta dan sentuhan kehangatan yang menentramkan
jiwa. Ibu adalah sosok peri cinta yang membuat hati damai. Dia menebarkan cinta
kasih dengan penuh ketulusan. Tanpa dirinya kehidupanku tak berarti apapun
karena kasih sayangnya yang tak kan pernah usai. Walaupun sesekali atau
beberapa saat terpisahkan oleh jarak dan waktu, lantunan doannya selalu
mengiringi setiap langkahku. Bukan ekspresi wajah belaian lembut tangannya yang selalu
kurindukan, tetapi juga ucapan-ucapan serta nasihatnya pula yang selalu
terdengar setiap ku melakukan sesuatu yang hampir setiap hari aku lakukan
ketika di rumah.
Sesekali terbayang gambaran wajah ketika
ibu tersenyum, bersedih ataupun mengeluh di belakangku. Miris hatiku ketik
mengingat hal-hal yang menyedihkan tentang ibu. Akan tetapi, ibu selalu tampak
tegar, sabar dan seperti baik-baik saja di depan anak-anaknya. Ketika aku ada
sebuah masalah, ibulah yang pertama kali memberi nasihat dan mencoba membantuku
mencari jalan keluar untuk menyelesaikannnya. Ketika aku sesekali bertengkar
dengan adikku ibu pulalah yang mencoba mendamaikan dan meredakan emosi kita.
Akan tetpi, menanngung beban pikiran mungkin ada masalah atau keadaan yang
kurang sehat, dia Nampak seperti orang yang baik-baik saja ketika aku
melihatnya.
Saat aku di rumah, ibu selalu perhatian
kepadaku, adik dan ayahku. Mulai dari bangun pagi-pagi untuk memasak untuk
sarapan pagi, menyapu rumah, mengingatkanku dan adikku untuk makan,
mengingatkan untuk sholat, belajar maupun mengerjakan tugas, membantu adik
mempersiapkan untuk ke sekolah, membantu ayah mempersiapkan keperluan ketika
akan berangkat bekerja di kantor dan membelikan sesuatu ketika aku, adik dan
ayahku mengingikannya. Akan tetapi, ketika aku jauh dari rumah, seperti
sekarang ini yang harus aku lakukanm mengemban bangku kuliah di luar kota jauh
dari rumah, hamper setiap hari ibu menanyakan aku sedang apa, sudah makan
belum. Ketika aku belajar atau megerjakan tugas hamper larut malam, ibu
menyuruhku segera istirahat dulu dan jika aku akan bepergian dia selalu
mengingatkan untuk selalu hati-hati di jalan.
“Buk,
aku besok jumat mau pergi ke Blitar untuk penelitian tugas kuliah.
“Sama
siapa dan naik apa ndok?”
“Motoran
buk sama teman-teman kelompok buk, 8 orang.”
“Naik
motornya siapa?”
“Aku
naik motornya teman buk di bonceng?
“Ya
sudah, hati-hati. Gak usah banter-banter ndok.
“Ya
buk.”
“Bilang
ke temanmu gak usah banter” yang pentik sampai tujuan. Jangan lupa bawa mantel
sendiri-sendiri kalau hujan gak bingung. Kalau Cuma satu mantele jarak jauh
yang dibonceng di belakang bisa pusing.”
“Iy
buk.”
Pada saat ulangtahunku kemarin tanggal 29
November, orang yang pertama kali mengucapkan dan mendoakanku adalah ibu. Ibu
rela bangun jam 12 malam, meskipun mungkin saat itu dia sedang lelah atau masih
sangat ngantuk menyempatkan waktu untuk mengirim sms ucapan ulangtahun dan beberapa kata-kata semoga aku selalu
diberi kesehatan, umur panjang, dan impian serta cita-citaku kelak akan
tercapai. Tidak hanya ucapan, bahkan keesokan harinya pada tgl 29 aku juga
mendapat kiriman dari rumahku lewat jasa sebuah travel sebuah bingkisan yang
cukup besar dan ternyata isi didalam bingkisan kardus itu sebuah makanan serta
kado spesial dari ibu dan keluargaku tercinta.