Jumat, 21 Maret 2014

Sosok Ibu



By: Lusiana Arum N 

Sosok Ibu

Butiran senyum memancar indah di raut wajahnya. Wajah yang penuh cinta dan sentuhan kehangatan yang menentramkan jiwa. Ibu adalah sosok peri cinta yang membuat hati damai. Dia menebarkan cinta kasih dengan penuh ketulusan. Tanpa dirinya kehidupanku tak berarti apapun karena kasih sayangnya yang tak kan pernah usai. Walaupun sesekali atau beberapa saat terpisahkan oleh jarak dan waktu, lantunan doannya selalu mengiringi setiap langkahku. Bukan ekspresi wajah  belaian lembut tangannya yang selalu kurindukan, tetapi juga ucapan-ucapan serta nasihatnya pula yang selalu terdengar setiap ku melakukan sesuatu yang hampir setiap hari aku lakukan ketika di rumah.
Sesekali terbayang gambaran wajah ketika ibu tersenyum, bersedih ataupun mengeluh di belakangku. Miris hatiku ketik mengingat hal-hal yang menyedihkan tentang ibu. Akan tetapi, ibu selalu tampak tegar, sabar dan seperti baik-baik saja di depan anak-anaknya. Ketika aku ada sebuah masalah, ibulah yang pertama kali memberi nasihat dan mencoba membantuku mencari jalan keluar untuk menyelesaikannnya. Ketika aku sesekali bertengkar dengan adikku ibu pulalah yang mencoba mendamaikan dan meredakan emosi kita. Akan tetpi, menanngung beban pikiran mungkin ada masalah atau keadaan yang kurang sehat, dia Nampak seperti orang yang baik-baik saja ketika aku melihatnya.
Saat aku di rumah, ibu selalu perhatian kepadaku, adik dan ayahku. Mulai dari bangun pagi-pagi untuk memasak untuk sarapan pagi, menyapu rumah, mengingatkanku dan adikku untuk makan, mengingatkan untuk sholat, belajar maupun mengerjakan tugas, membantu adik mempersiapkan untuk ke sekolah, membantu ayah mempersiapkan keperluan ketika akan berangkat bekerja di kantor dan membelikan sesuatu ketika aku, adik dan ayahku mengingikannya. Akan tetapi, ketika aku jauh dari rumah, seperti sekarang ini yang harus aku lakukanm mengemban bangku kuliah di luar kota jauh dari rumah, hamper setiap hari ibu menanyakan aku sedang apa, sudah makan belum. Ketika aku belajar atau megerjakan tugas hamper larut malam, ibu menyuruhku segera istirahat dulu dan jika aku akan bepergian dia selalu mengingatkan untuk selalu hati-hati di jalan.
“Buk, aku besok jumat mau pergi ke Blitar untuk penelitian tugas kuliah.
“Sama siapa dan naik apa ndok?”
“Motoran buk sama teman-teman kelompok buk, 8 orang.”
“Naik motornya siapa?”
“Aku naik motornya teman buk di bonceng?
“Ya sudah, hati-hati. Gak usah banter-banter ndok.
“Ya buk.”
“Bilang ke temanmu gak usah banter” yang pentik sampai tujuan. Jangan lupa bawa mantel sendiri-sendiri kalau hujan gak bingung. Kalau Cuma satu mantele jarak jauh yang dibonceng di belakang bisa pusing.”
“Iy buk.”
       Pada saat ulangtahunku kemarin tanggal 29 November, orang yang pertama kali mengucapkan dan mendoakanku adalah ibu. Ibu rela bangun jam 12 malam, meskipun mungkin saat itu dia sedang lelah atau masih sangat ngantuk menyempatkan waktu untuk mengirim sms ucapan ulangtahun dan beberapa kata-kata semoga aku selalu diberi kesehatan, umur panjang, dan impian serta cita-citaku kelak akan tercapai. Tidak hanya ucapan, bahkan keesokan harinya pada tgl 29 aku juga mendapat kiriman dari rumahku lewat jasa sebuah travel sebuah bingkisan yang cukup besar dan ternyata isi didalam bingkisan kardus itu sebuah makanan serta kado spesial dari ibu dan keluargaku tercinta.

Hari Menyebalkan



By: Lusiana Arum N 

Hari Menyebalkan

Jam beker memulai aksinya untuk membangunkanku dari balutan selimut merah darah bermotif bunga-bunga itu. Raga terasa berat bergerak mungkin karena tadi malam yang melelahkan ditambah hujan yang berlomba-lomba menangis merintih sampai shubuh tiba. Tik tok tik tok waktu terus berjalan. Mulai kubuka kedua mata yang nampak sayup-sayup terkena sambutan matahari pagi yang masuk melewati celah-celah jendela kamar. Tubuh mulai menggeliat khas orang bangun dari tidur yang menghanyutkan dari penat yang ada. Berdiri dan menyusuri pojok kamar mengambil sepasang pakaian tergantung di dekat pintu. Ku segera berjalan ke arah kamar mandi bergegas karena dikejar waktu. Tiba-tiba, gubrak. Ter.. ter… ter…, suara dari dapur mengagetkanku. Oh ternyata perabot di dapur yang tertabrak seekor kucing hitam pencuri ikan teri dari bilik piring. Seketika bola matakau terbelalak dan berlari ke kamar mandi. Selesai mandi, kulihat jam kotakku menunjungkkan pukul tujuh kurang tiga menit. Aku pun cepat mengambil tas dan kunci motor bergegas berangkat kuliah pagi. Sialnya, dua lift yang ada masih berjalan dari lantai atas dan banyak mahasiswa yang antri di depannya. Dengan waktu yang kepepet dan terburu-buru aku memilih menaiki beberapa anak tangga dengan nafas terengah-engah seperti orang yang sedang lomba lari maraton. Tiba di kelas, ternyata dosen pun belum datang dan aku pun lupa tak membawa buku satupun. Pikirku lega saat itu, ternyata teman mengabarkan sang dosen tak hadir karena acara luar kota.

Pengantin Baru



By: Lusiana Arum N 

Pengantin Baru


Seperti biasanya, sepasang suami istri itu selalu bangun pagi bersama. Apalagi di akhir pekan, mereka terlihat bahagia, mungkin karena cukup penatnya kerjaan dan tugas-tugas yang mereka lakukan saat rutinitas setiap harinya di kantor masing-masing. Setiap hari minggu tiba, ketika pagi mereka keluar rumah menghirup udara segar di sela-sela perumahan-perumahan yang saling berhimpitan. Kemudian setelah beberapa lama, mereka keluar ke jalan untuk sekedar olahraga ringan bersama sambil bercanda dan bergurau. Terkadang mereka melakukan jogging dengan mengelilingi perumahan dekat mereka tinggal ataupun jalan kaki bersama mengikuti Card Free Day  yang lumayan dekat dari rumah mereka tinggal. Aktivitas yang menyenangkan dan murah meriah ini sering mereka lakukan pada setiap hari Minggu datang. Pada akhir pekan, sering mereka lakukan hanya di rumah saja, mulai bangun pagi duduk di teras rumah dengan secangkir nescafe atau susu hangat buatan istri dan sesisir roti kering sambil melihat pemandangan dan orang yang lalu lalang lewat depan rumahnya. Istrinya menyapu di halaman rumah, ditemani sang suami yang menyiram bunga-bunga hias peliharaan mereka berdua dan tanaman rumput di halaman rumahnya. Sejenak mereka beristirahat, duduk di sofa dengan iringan musik kesukaan mereka atau obrolan santai ala sepasang pengantin baru ini. Ketika matahari mulai membuka sinarnya, mereka masuk ke dalam rumah dengan melakukan aktivitas-aktivitas bersama mulai dari membersihkan rumah, kemudian istri memasak dengan dibantu suami tercinta dan sarapan pagi selalu mereka lakukan bersama-sama dengan suka ria walaupun tanpa adanya asisten rumah tangga.

Penasaran

By: Lusiana Arum N 



Penasaran

Seperti aktivitas-aktivitasku sebelumnya, bangun pagi dengan alarm berdering. Mempersiapkan buku dan mandi. Selanjutnya sarapan pagi dan berangkat kuliah seperti biasanya. Saat itu jam menunjukkan pukul jam tujuh kurang seperempat  aku mulai berangkat. Ketika di perjalanan, aku melihat seseorang yang agak cukup aneh dan lumayan unik nampaknya. Seseorang itu mengenakan pakaian serba hitam-hitam, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki terlihat gelap-gelap, padahal itu pagi yang sangat cerah. Mataku dan mata sebagian orang melihatnya, tetapi sepertinya orang itu tak tahu kalau sedang diperhatikan. Berwajah kusam dan rambut gimbal seperti membentuk sumbuk kompor yang bergumpalan, berwarna agak pirang mungkin karena terlalu seringnya terpancar sinar matahari. Bibirnya juga tampak hitam pekat mungkin karena sering merokok atau setelah makan sesuatu ataukah memakai sesuatu dibibirnya agar terlihat fungky pikirku. Tatapannya yang terlihat tajam dan gayanya yang plengas plengos membuat orang penasaran melihatnya. Kakinya yang kecil menjulang tinggi dengan celana jeans warna hitam motif lipat-lipat seperti sudah berapa bulan tak dicuci dan sebagian sobek-sobek di bagian lututnya. Ah….. (pikirku tak penting). Lalu kulanjutkan perjalanan ke kampus.
 

Kabupaten Kelahiranku



By: Lusiana Arum N



Kabupaten Kelahiranku
Sebuah Kabupaten kecil di ujung barat  perbatasan antara dua provinsi yakni Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah. Suasana hiruk pikuk jalan raya terhempas kendaraan-kendaraan dan angkutan lalu lalang hilir berganti. Berjejer gubuk-gubuk tempat tinggal dikelilingi hijaunya sawah dan rumah-rumah berdiri nan megah di antara bangunan gedung dan pertokoan dari biasa hingga kelas atas atau bisa dikatakan elite. Tempat siswa dan para mahasiswa mengemban bangku pendidikan tersedia di beberapa titik tersebar di penjuru Kabupaten. Mayoritas para siswa dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bersekolah dengan jarak yang dekat dari rumah mereka. Akan tetapi, tidak dipungkiri ada sebagian pelajar yang lebih memilih bersekolah di sekolah favorit. Mungkin karena ekonomi keluarganya yang lebih ataukah kecerdasan yang mereka miliki memang cukup mumpuni. Dari tukang becak, pegwai negeri bahkan pejabat tinggi mulai memenuhi persimpangan jalan di pagi hari tuk bergegas melaksanakan tugas rutinnya setiap hari. Saat suara adzan berkumandang, mushola dan masjid ramai dikunjungi orang yang saling berdatangan ke tempat ibadah untuk menunaikan sholat dan beberapa terlihat hanya untuk istirahat sejenak di teras masjid mengurangi rasa lelah saat bekerja atau sedang dalam perjalanan. Di musim hujan air sungai mengalir deras saat turun hujan lebat, bahkan hamper menyentuh tingginya jembatan. Ketika air surut, ada beberapa aktivitas di sungai dekat jembatan. Tampak jelas terlihat ketika melewatinya, mulai dari membersihkan sampah yang saling bertumpukan di tepi sungai, memancing ikan seperti biasa bahkan untuk buang hajat yang dilakukan warga sekitar. Itulah kegiata-kegiatan di kota kelahiranku tercinta, Kabupaten Ponorogo asalku, daerah yang dikelilingi beberapa gunung-gunung di sekitarnya.